Bottompost 1

Tentang Masalah Kita

External links - Jquery Jika aku harus memilih hidup tanpa dirimu Maka akan aku coba memilihnya Tapi jika aku harus memilih hidup tanpa kasih sayangmu Maka aku akan memilihnya jika kamu memilih aku untuk berpisah dengan mu aku ihklas meninggalkanmu karena hidup pilihan

(Yang Anda Perlu Mencoba Di Sini Curhat Di Komunitas Entplus Tempat Pemecahan Masalah)

CAHAYA MALAM

External links - Jquery Sukma Lara >> PERJUMPAAN >> Waktu kujumpa Dan tanganmu dalam genggamanku Seraya mengucap lirih namamu Kau ucap sebuah nama Tatapan yang penuh arti Menggambarkan keindahan Dengan sorot mata penuh makna Yang saat itu aku tak mengerti Tersipu kadang dengan tangan gemetar Kulepas dari genggamanku Dan kusudahi detik itu Dengan membawa makna dan sejuta arti.

Curahan Hati Para Remaja GO CAHAYA MALAM Kata Mutiara

Mau Punya Blog

External links - Jquery Mau punya blog? Ada banyak cara untuk bisa punya blog. Cara pertama, bikin sendiri di blogger, wordpress atau multiply dan lainnya. Kalo belum bisa ya banyak blog2 yang ngasih.? Caranya..1. PILIH BLOG SESUAI KEINGINAN 2. KIRIM EMAIL PEMESANAN DI FACEBOOK 3. BAYAR LEWAT REKENING Bank BRI no. 4302.01.000214.53.2 a.n CITRAWATI 4. USERNAME EMAIL DAN PASWORD DI KIRIM LEWAT PESAN FACEBOOK atau EMAIL juga bisa lewat SMS 5. TRANSAKSI SELESAI 5. SELAMAT BER - BLOGING RIA Beli Blog

Super Sexy Kesehatan Entples3

Thumbnail image that says sleek button using photoshop that links to a Photoshop tutoril. Tidak dipungkiri lagi jika masalah ejakulasi dini cukup banyak di alami pria Indonesia. Sebagai wanita yang memerlukan 'permainan' menyeluruh, bagaimana menghadapinya? Banyaknya pria yang mengalami ejakulasi dini bukanlah isu belaka. Hal tersebut terbukti dari banyaknya 'obat kuat' yang laku dijual di pasaran.

Sebenarnya definisi ejakulasi dini sedikit rancu. Hal ini tergantung dari pasangannya.

Terobosan Luarbiasa Bagi Anda... Entplus3

Sabtu, 19 Juni 2010

TERNYATA, SUAMIKU YANG MANDUL

Perceraian yang terjadi di antara dua pasangan suami-istri memiliki alasan bermacam-macam. Ada yang karena salah satunya ketahuan selingkuh, ketakcocokan paham dan prinsip, adanya pihak orang tua yang terlalu ikut campur urusan rumah tangga dan lainnya.

Begitu juga aku yang kini bertugas sebagai istri kedua dari seorang pengusaha. Aku terpaksa memilih cerai dengan suami pertamaku karena kami beda prinsip. Suami pertamaku, sebut saja namanya Yudi, beranggapan bahwa suami boleh memiliki lebih dari satu istri. Karena itulah dia berkeinginan menikah lagi. Sementara aku, tak ingin dimadu.

Keinginan suami untuk menikah lagi diungkapkan langsung kepadaku. Dia berterus terang ingin menikah karena aku dianggap tidak bisa membeikan keturunan. Maklum, sudah tujuh tahun kami menikah tapi belum dikaruniai seorang anak pun.

Dia juga mengatakan, meski telah menikah lagi, dia berjanji tidak akan mengurangi perhatiannya kepadaku. Bahkan dia berkata, "Siapa tahu dengan begitu akan menjadi jalan bagi kamu untuk bisa memiliki anak."

Kontan saja aku kaget dengan ungkapan itu. Aku langsung menolak. "Kalau kamu mau menikah lagi, silakan saja. Tapi ceraikan aku dulu," kataku.

Suamiku semula tak ingin menceraikan aku. "Aku tak mau menceraikan kamu. Bagaimana pun, kamu adalah cinta pertamaku. Aku masih mencintaimu. Tapi, aku juga ingin memiliki keturunan," begitu katanya.

Namun, ungkapan cintanya tak bisa membuatku menerima alasannya untuk menikah lagi. "Kalau kamu benar-benar mencintaiku, tentu saja kamu tidak akan menikah lagi walaupun kita tidak dikaruniai anak. Kalau memang kamu menikah lagi, berarti kamu tidak mencitaiku. Kamu menikahiku hanya karena ingin punya keturunan saja," kataku saat itu.

Dia terdiam. Sejak saat itulah rumah tangga kami goyah. Percekcokan sering terjadi. Hingga akhirnya, dia berkeinginan menceraikan aku.

Singkat Cerita, kami pun cerai. Saat sudah menjadi janda, aku baru tersadar, mengapa kami tidak berobat ke dokter untuk mengetahui siapa sebenarnya yang mandul, aku atau suamiku? Tapi semuanya sudah terjadi.

Kabarnya, mantan suamiku itu menikah lagi dengan seorang gadis muda. Aku pun begitu, menikah lagi dengan seorang duda beranak satu. Namanya Herman (nama samaran).

Setahun menikah dengan Herman, aku ternyata hamil. Sementara istri dari Yudi tak juga hamil. Dari situlah aku berkesimpulan, ternyata yang mandul bukanlah aku, tapi justru suamiku sendiri.

Pernah suatu saat Yudi terkejut melihatku tengah mengandung. Dia terlihat begitu malu. Namun aku mencoba memberikan harapan kepadanya dengan cara agar dia berobat ke dokter.

Ya, meski kami telah cerai, tapi hubungan kami tetap baik. Yudi pun telah menganggapku sebagai adik. Kini, aku belum tahu apakah Yudi telah memeriksakan diri ke dokter atau belum. Aku bersyukur kepada Tuhan karena ternyata bukan aku yang mandul, Itu saja!

SUAMI PUNYA WIL, AKU PUNYA SELINGKUH

Entah apa yang salah dari perkawinan kami. Setelah kutahu kalau suamiku punya WIL (wanita idaman lain), akupun nekat membalasnya dengan memelihara seorang lelaki untuk dijadikan teman selingkuh.

Kehancuran rumah tanggaku mulai terkuak ketika aku mendapati suamiku Ardi (samaran) berselingkuh dengan seorang wanita muda yang masih berstatus mahasiswa. Mereka ternyata telah menikah, diam-diam, Pikiranku kacau, aku tak mampu mengendalikan diri. Perasaan cinta dan kesetiaan yang kujaga selama ini telah dihancurkan Ardi. Meski aku mencoba bertahan dengan kondisi rumah tangga yang sudah awut-awutan, namun imanku sudah terkoyak. Jadinya apa? Hanya dendam yang membelenggu di benakku. Aku mulai mencari bagaimana mengobati sakit hatiku selama ini. Kalau harus cerai dengan Ardi, aku harus berpikir dulu karena tidak punya apa-apa lagi di kota ini. Kedua orang tuaku sekarang ada di Jawa, sementara aku sama sekali tidak punya pekerjaan untuk menopang hidup seorang diri.

Makanya, aku mencoba mempertahankan rumah tangga kami. Suamiku yang seorang pengusaha, menjanjikan akan memenuhi semua kebutuhan asal aku tidak lagi meributkan pernikahannya dengan wanita itu. Untuk langkah pertama, aku menerima keputusan itu. Aku pikir, itu jauh lebih baik ketimbang mengambil tindakan yang bisa merugikan rencanaku.

Tepat sekali, ketika Ardi pergi berbulan madu dengan isteri mudanya ke Jakarta, aku memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari hiburan di luar rumah. Kebetulan saja, Ardi memberi uang belanja untuk sebulan, yang jumlahnya lumayan banyak untuk kuhamburkan.

Mulailah aku berkenalan dengan dunia malam. Beberapa diskotik, bar dan tempat hiburan kelas atas kujelajahi. Sampai suatu hari aku berkenalan dengan seorang pemuda di suatu tempat hiburan di hotel berbintang. Ketampanannya cukup membuatku tergiur, apalagi selama ini, hampir tak pernah lagi Ardi menyentuhku. Sebagai wanita normal, tentu saja aku sangat mengharapkan belaian hangat seorang lelaki. Perkenalanku dengan pemuda yang bernama Haris (samaran), seolah membuka kesempatan bagiku untuk balas dendam. Apalagi kulihat, Haris cukup pandai menaklukan wanita, termasuk aku. Hanya dalam tempo seminggu setelah perkenalan kami malam itu, aku dan Haris sudah melanjutkan hubungan di atas ranjang. Tak terpikirkan lagi olehku, bagaimana dosa yang harus kutanggung atas perselingkuhan ini. Yang penting aku bisa menikmati kehangatan Haris dan membalas sakit hatiku pada Ardi.

Berbulan-bulan hubungan gelap itu kujalani dengan Haris. Hingga kinipun, aku dan Haris masih terus berhubungan. Kalau suami lagi nginap di rumah istri mudanya, maka Harislah yang menggantikannya untuk menghangatkan malamku. Atau kalau tidak, kami bisa melakukannya di hotel. begitulah seterusnya hubungan terlarang ini berlanjut. Entah kapan semua ini akan kuakhiri. Yang pasti, aku menikmatinya. Sayang, kini bukan lagi karena dendam, namun rasa - rasanya aku mulai benar - benar jatuh cintah pada Haris.

SALAHKAH AKU KEMBALI KE MANTAN SUAMI?

Rasa sepi yang menderaku setelah ditinggal setahun, rupanya membuatku kembali berharap pada mantan suami. Jika kini kita kembali bersatu, salahkah itu?

Pembaca, aku dan Andi (nama samaran) bercerai karena aku memergokinya tengah bermesraan dengan seorang wanita di rumah kost.

Sebenarnya aku masih mencintainya, karena sebelum menikah kami sudah pacaran dan kini dia memberiku seorang anak. Namun, karena tak bisa menahan rasa sakit hati, akhirnya kuputuskan untuk berpisah dengannya.

Setahun lamanya kami tidak pernah berhubungan. Jangankan melihatnya, mendengar kabarnya saja hampir tak lagi. Entah kemana dia, sampai-sampai hubungan kami serasa sudah berakhir. Jujur saja kuakui, selama ini ada rasa rindu yang sulit kuingkari. Aku selalu teringat masa - masa bersamaan dulu. Meski belum dikaruniai anak sebelum kami pisah, namun bagiku Andi lebih dari sekedar teman hidup. Sesudah menjadi sebagian dari kehidupanku.

Sampai suatu hari aku bertemu Dia. Kami sempat berbincang tentang apa yang terjadi diantara kami selama perpisahan itu. Andi tampak kurusan, seperti tak terurus. Aku bisa menangkap raut wajah penderitaan di parasnya. Tapi itulah dia, di hadapanku ia masih saja bersikap biasa dan berusaha menyimpan beban yang menghimpitnya selama ini. Rasa iba daam diriku mulai muncul. Aku ingin seperti kembali bersatu dengannya. Bukan hanya karena masih ada sisa-sisa cinta dalam diriku, akan tetapi sebenarnya, rasa iba itulah yang menyebabkan aku ingin kembali.

Andi mengaku telah menghabiskan waktu di luar kota untuk melupakan apa yang telah terjadi di masa lalu. Itu sebabnya, ia belum memikirkan untuk menikah lagi. "Aku masih mengingat masa lalu kita. "Aku sulit untuk lepas dari itu", begitu ia bertutur kepadaku.

Rasa iba menyeruak di hatiku mendengar pengakuan lelaki yang 4 tahun menjadi suamiku itu. Garis wajahnya masih menyiratkan kelembutan dan keterbukaan. Tapi sayang, semua itu tak mampu merubah kenyataan bahwa kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Rasa sakit yang kuderita karena pengkhianatannya jauh lebih besar ketimbang semua itu.

Andi ingin agar aku memaafkannya sebelum kembali ke perantauan. Permintaannya ku iakan, bahkan kami janjian untuk makan malam sebagai tanda keakuran kami. seminggu kemudian ia bertandang ke rumah menemuiku. Andi kelihatan sangat kangen walau ia bukan lagi bagian dari kehidupanku.

Begitu seterusnya, Andi yang tinggal selama 2 bulan di kota ini, setiap sabtu malam menyempatkan diri berkunjung ke rumah ku. Lama - lama kedekatan kami sudah sulit dipisahkan. Bahkan kali ini aku benar - benar dibuat lupa ketika tanpa sadar aku dan ia mulai terlibat pembicaraan yang mengarah ke hal yang sensitif. Sampai semuanya berakhir di ranjang. Sekian tahun berpisah, malam itulah aku dijamah lelaki, kami sempat menyesalinya tapi, malam - malam berikutnya kembali terjadi. Kehangatan yang ia hadirkan malah lebih dahsyat dari yang kurasakan sebelumnya.

Sekarang aku malah bingung. Aku selalu butuh kehadirannya setiap malam, seolah membawaku kembali ke masa lalu yang sangat bahagia. Bagaimana aku mengakhiri semua ini, sementara batinku mengharap Andi kembali menjadi suamiku. Tapi, bukankah ini sama halnya menjilat ludahku sendiri ?

DUH, ISTRIKU TERNYATA LEBIH NISTA

Cerita ini aku utarakan sebagai pembelajaran untuk anda. Aku kira dengan menikahi Lili (samaran) semua perbuatan buruk dan tidak dewasa yang kulakukan selama ini bisa kutinggalkan. Sebaliknya, wanita itu membuat segalanya bertambah hancur.

Sekilas, penampilan Lili yang lugu tak ubahnya orang desa yang awam dengan gemerlapnya kehidupan kota. Ia sangat dewasa dan begitu jauh dari penampilan terbuka. Malah, ketertarikanku padanya berawal dari penampilannya sederhana itu, meskipun ia anak orang berada. Saat itu aku yakin bahwa Lili adalah gadis lugu yang kuimpikan bisa berubah gaya hidupku yang euforia. Tetapi itulah awal mula Cerita sedihku ini.

Kami menikah tahun 2002 lalu. Pernikahan kami awali dengan masa pacaran yang terbilang singkat hanya sekitar 3 bulan. Aku yang sudah matang dalam usia dan mapan dalam pekerjaan,kemudian meminangnya. Orang tua Lili yang sudah kenal betul dengan ayahku yang seorang pengusaha sukses di kota ini, tak berpikir panjang untuk menerima lamaran itu.

Setelah menikah, kami tinggal di rumah pemberian ayahku, yang dihadiahkan sebagai hadiah pernikahanku. Tak semewah rumah orang tua Lili memang, namun asri, sederhana dan cukup untuk membina sebuah keluarga kecil. Dengan dilengkapi sebua mobil sedan, seorang pembantu, aku tak perlu lagi memikirkan apa apa.

Aku betul-betul bahagia bisa menikah dengan gadis pujaanku. Dengan Lili, aku berharap bisa merubah gaya hidupku yang gemerlap, dan kembali menjalani kehidupan normal lanyaknya seorang suami dan ayah bagi anak-anakku kelak.

Namun, impian tak sejalan dengan kenyataan yang harus kutelan. Lili yang kelihatan sederhana, lugu dan seperti tak tahu apa-apa tentang kehidupan malam, malah kelakuannya tak jauh beda denganku. Ia seorang pemuja kehidupan malam, dan setelah menikah pun Lili masih sulit melepaskan diri dari ketergantungan di dunia yang penuh kesenangan semua itu.

Semua kutahu setelah beberapa bulan kami menikah, Lili masih juga menolak untuk punya anak. Ia tak mau direpotkan mengurus anak ia masih ingin bebas menikmati masa-masa mudanya dan tak mau dikekang meski statusnya tak sendiri lagi.

Belakangan, aku makin dibuat bingung karena hampir setiap malam ia dijemput teman - teman gaulnya yang rata - rata anak orang berada. Entah kemana mereka setiap malam, yang pasti kadang kudapati Lili pulang dalam keadaan mabuk. Tak jarang pula di saku bajunya kutemukan pil ekstasi. Sungguh salah satu menduga Lili selama ini. Ternyata, kehidupannya jauh lebih bebas dariku.

Aku dibuatnya tak berkutik ketika kucoba sadarkan dia. Ia selalu menjawabnya dengan enteng." Nikmati saja hidup ini, kenapa mesti susah-susah. Kita memang suami isteri, tapi kamu tidak bisa mengekang kebebasanku. Kalau mau pergi, pergi saja," kalimat inilah yang selalu jadi jawaban dari Lili.

Aku mulai ragu kalau-kalau wanita yang kunikahi ini, tak suci lagi. Karena aku tahu betul kehidupan malam tak bisa dipisahkan dengan kehidupan seks bebas. Aku tahu itu, karena aku pernah menjadi bagian dari kenistaan itu.

Kini, di saat aku belajar untuk melupakan semua masa lalu dan mencoba hidup baru, aku malah diuji lewat istri. Mampukah kuhadapi semuanya ? Entahlah, sampai kapan aku mulai bertahan. Lili makin bebas saja, sampai kadang semalaman tak pulang ke rumah. Beruntung aku belum pernah mendapatinya dengan lelaki lain, sehingga pernikahan tetap coba kupertahankan.

KUPUTUSKAN TAK MENIKAH LAGI

Apa yang telah kulakukan, dosa apa yang harus kutanggung hingga Tuhan memberiku ujian yang begitu berat ini. Disini, di rumah ini yang pernah begitu ceria dengan kehadiran dua anakku yang lucu tiba-tiba saja berubah menjadi neraka. Istriku, Dini (samaran) dengan mata kepalaku sendiri kusaksikan berselingkuh dengan Farid, sahabatku sendiri.

Aku tidak habis mengerti mengapa Dini dan Farid begitu tega melakukannya, padahal sebagai suami telah kutunaikan segala tugas dan kewajibanku. Kebutuhan material Dini tak pernah kulalaikan. Dan sebagai sahabat, telah keberikan semampuku kepada Farid. Mengapa perselingkuhan yang mereka berikan kepadaku.

Aku telah bersahabat dengan Farid sejak kecil. Kini diusianya yang kepala tiga, Farid masih menganggur dan tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Sebagai sahabat kuberi dia tumpangan tempat tinggal di rumahku. Bahkan tidak jarang, di awal muda sehabis gajian, Farid kuberi sekadar uang jajan.

Farid tampaknya masih percaya padaku sehingga ia mengurungkan niat untuk pulang. Sejak itu, hampir seluruh waktunya ia habiskan di rumah. Aku sebenarnya sudah memintanya agar tinggal bersamaku saja, daripada buang-buang uang untuk biaya kontrakan. Mana lagi, kiriman dari orang tuanya hanya cukup untuk makan minum sebulan. Tapi, Farid merasa berat. Mungkin karena selama ini aku sudah terlalu banyak membantu kebutuhannya.

Tak ada kecurigaan sedikitpun kalau diam-diam Farid dan istriku bermain gila. Sebenarnya, aku pernah diingatkan oleh adikku kalau aku sangat berani menyimpan lelaki lain di rumahku, sementara aku punya istri yang masih tergolong muda. Apalagi kata adikku, ia pernah menemukan Farid di kamar bersama istriku dengan bertelanjang dada. Saat dipergoki mereka bergegas keluar dan Farid langsung meninggalkan rumah. Ia baru kembali empat hari kemudian. Alasannya, ia pulang karena orang tuanya sakit. Tapi Cerita itu belum sepenuhnya kupercaya. Rasa-rasanya, aku tidak punya bukti untuk menuduh mereka. Dari sikapnya, Dini masih menunjukkan gelagat yang seperti dulu, tak ada yang berubah dan patut dicurigai.

Baru belakangan kemudian, kecurigaanku mulai muncul saat tanpa sengaja kutemukan jam tangan Farid di atas meja, dalam kamarku. Saat kutanyakan pada Dini, ia mengatakan kalau ia siang tadi ia meminjam jam tangan itu karena jam dinding ngadat. Dari sikap dan caranya menjawab, aku sudah menangkap gelagat yang mencurigakan. Hatiku mulai tak karuan, berbagai pikiran gila mulai merasuk di kepalaku. Karena tak tahan dengan rasa penasaranku, diam-diam aku mulai menyelidiki hubungan gelap mereka.

Pada suatu hari aku meminta ijin pada Dini untuk keluar kota. Alasanku ingin mengantar pesanan seorang pelanggan didaerah.

Di pagi hari aku pergi. Kemudian aku menunggu malam tiba dirumah seorang rekan kerja. Tepat pukul sepuluh malam, aku balik kerumah. Saat itu aku berpikir, jika mereka memiliki hubungan gelap, saat inilah waktu yang tepat untuk memergoki mereka.

Perselingkuhan yang terjadi antara istriku dengan Farid (samaran), sahabatku sendiri betul-betul sebuah pukulan berat bagiku. Trauma yang berkepanjangan dan tidak berkesudahan masih kurasakan hingga hari ini

Aku masuk ke rumahku melalui pintu belakang kemudian langsung menuju ke kamar tidurku. Di sana aku hanya melihat ke dua anakku sedang tertidur dengan pulasnya. Dini tidak kuketahui berada dimana. Di kamar mandi juga tidak ada, padahal ini sudah jam sebelas malam.

Akhirnya dengan berjalan mengendap-endap aku menuju ke kamar tamu, kamar yang ditempati Farid. Daun pintu kamar tidak terkunci dan lampu menyala. Dengan dada yang berdebar, aku mengintip lewat ventilasi jendela, dan yaa Tuhan, aku tak dapat memercayai penglihatanku sendiri. Dini, istriku sedang tertidur pulas di dalam kamar itu bersama Farid, sahabatku tanpa sehelai pakaian pun yang menutupi aurat mereka. Pandanganku menjadi gelap dan hatiku terbakar menyaksikan pemandangan itu. Kudobrak pintu itu, membuat mereka kaget.

Dan .. itulah malam terakhir aku melihat wajah mereka berdua. Aku dan Dini resmi bercerai. Kedua anakku ingat bersamaku, tak kuiijinkan sekalipun Dini melihat mereka berdua. Amarahku masih meluap tatkala teringat kejadian malam itu.

Dua tahun sudah kisah gelap ini berlalu, namun telah kuputuskan dalam hati untuk tidak menikah selamanya.

Dugem dan Narkoba Membuatku Terdampar di Pusat Rehabilitasi

Kehidupan Malam dan Narkoba

Narkoba dan kehidupan malam selama hampir 2 tahun membuat semua cita-citaku lebur. Harta orang tua kuhabiskan hanya untuk barang haram dan menikmati kebebasan. Kini, dugem (dunia gemerlap) telah mengirimku ke panti rehabilitasi.

Semua masih kusyukuri karena akhirnya aku masih mampu menghindar dari jeratan kehidupan hina ini. Meskipun aku harus berjibaku melawannya dengan seluruh jiwa ragaku. Oh ya sebut saja aku Linda (samaran). Aku dilahirkan di tengah keluarga yang berkecukupan. Ayahku seorang juragan kopi, sementara ibuku seorang pejabat di salah satu instansi pemerintahan di kota ini. Kehidupan ayah dan ibu yang dipenuhi kesibukan, membuat aku dan 3 saudaraku terlantar. Secara materi kami memang dimanjakan dengan berbagai fasilitas, baik kendaraan, uang saku hingga semua keperluanku terpenuhi. Tapi satu yang tak pernah ayah dan ibu berikan, yakni kasih sayang. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga melupakan kami anak-anaknya yang begitu merindukan belaian kasih orang tua.

Sampai akhirnya, kakak yang pertamaku tewas karena overdosis putauw. Adikku yang bungsu juga ikut-ikutan terlena di dunia hitam. Ia kawin lari dengan pacarnya gara-gara hamil di luar nikah. Semua cobaan yang menerpa keluargaku seolah lengkap sudah ketika aku juga mulai mengenal kehidupan malam bersama teman-temanku. Dugem bukanlagi Cerita langka untukku.

Narkobalah yang merusak semua kehidupanku. Aku mengenal barang haram ini dari kekasihku yang masih satu kampus denganku. Sampai aku benar-benar dibuat terlena. Hampir dua tahun lamanya aku mengkonsumsi narkoba, semua kudapatkan dari pacarku. Bahkan, kesucianku rela kuserahkan demi mendapatkan barang itu. Kehidupan bebas yang kugeluti bersama pacarku telah membuat aku mengenal semua kenikmatan semu itu. Kami tak ubahnya pasangan suami isteri yang tak lagi mengenal waktu dan tempat untuk bisa melampiaskan hasrat. Kutahu, semua karena pengaruh obat-obatan itu.

Bahkan karena sudah ketergantungan tinggi, semua harta orang tuaku aku jual demi mendapatkan barang itu. Seminggu saja aku tak menenggaknya, rasanya mati semua sendi-sendi hidupku. Belakangan ketika barang itu sudah mulai langka didapatkan, aku harus rela merelakan mobil pemberian ayah untuk kubarter dengan barang itu. Meskipun kedua orangtuaku tahu kalau aku sudah menjadi pecandu narkoba, namun mereka tetap tenang saja, seolah tak terjadi apa-apa denganku. Inilah yang membuat aku makin putus asa dan benar - benar tenggelam dalam dunia itu.

Dalam masa - masa kritis yang hampir tak mampu lagi menyelamatkan diri dari gerogotan obat terlarang itu, aku bertemu dengan seorang pemuda yang kebetulan alumni pesantren. Ia masih tetangga dekatku. Rupanya diam-diam dia memperhatikan semua kelakuanku selama ini.

Perhatiannya sungguh membuatku meneteskan air mata. Pikirku, ternyata masih ada orang yang menginginkanku dalam kebaikan. Perlahan ia mulai memperkenalkan aku dengan semua yang berhubungan dengan agama Allah. Setiap saat kalau ada waktu, ia tak bosan menemuiku di rumah untuk memberiku petunjuk agar bisa kembali ke jalan Allah. Mulailah kemudian aku sadar akan kekeliruanku selama ini. Meski masih sering tergoda oleh obat itu dan seolah tak mampu lepas darinya, namun kehadiran seorang sahabat ternyata begitu kuat. Ia pun menyarankan aku masuk panti rehabilitasi sebagai langkah awal memulai hidup baru.

Tak terpikir lagi yang lain, aku langsung masuk panti dan mulai hidup di sana. Aku masuk saat Ramadhan lalu. Hampir setiap malam aku menangis karena menyesal. Kini aku menghabiskan waktu di panti rehabilitasi. Dan semangat hidupku pun mulai tumbuh kembali. Terima kasih sahabat.

Kisahku Bersama Seorang Pelacur

Berikut ini ada cerita ku bersama seorang pelacur yang tidak bisa kulupakan selamanya.

Sebagai perkenalan, aku adalah seorang pria yang mempunyai wajah yang tampan dan tubuh yang seksi, berkulit putih dan banyak wanita yang mencoba mendekatiku, namun aku belum bisa menerima para wanita itu sebagai teman istimewa, dan akupun tidak mau memanfaatkan mereka hanya untuk sekedar iseng belaka.

Tetapi sebagai lelaki normal tentu saja aku mempunyai kebutuhan seks yang tidak bisa aku pungkiri, apalagi aku termasuk memiliki kebiasaan jelek yaitu sering melihat gambar-gambar porno dan membaca cerita-cerita seks di internet. Selain itu, aku tidak mau pada saat menikah nanti aku sama sekali buta tentang seks. Dan disinilah kisahku di mulai.

Belum lama ini akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke tempat pelacuran. Kakiku melangkah masuk ke salah satu diskotik yang lumayan terkenal di Jakarta.

Begitu masuk aku langsung naik ke lantai 2 diskotik tersebut. Di sana aku lihat ada beberapa pria dewasa sedang duduk dan bercerita di sofa sambil merokok. Mungkin sedang menunggu wanita langganannya. Seorang bartender menyapa aku dengan ramah "Haloo Boss, mau yang mana nihh".

Aku lalu melihat foto-foto seksi yang ada di meja, aku akhirnya minta bantuan bartender itu untuk memilihkan untuk aku, karena foto porno yang ada begitu banyak. Lalu bartender itu bertanya "Sukanya yang besar apa yang kecil ?" tanyanya ramah. Aku tidak terlalu senang cerita-cerita dengan dia.

Entah apa yang terjadi di kamar saat aku berduaan dengan wanita itu (sebut saja namanya Winn). Wajahnya yang cantik ternyata tidak bisa membuat hasratku meninggi, justru aku merasakan hampa, tidak ada libido tidak ada hasrat dan tidak ada gairah, apakah aku mengalami disfungsi ereksi?

Akhirnya, aku hanya bercakap-cakap dengannya. Win bercerita tentang 2 anaknya di kampung dan seorang suami yang lagi merantau di Malaysia. Keinginannya untuk membiayai sekolah anak-anaknya membuatnya harus memilih hidup menjadi seorang pelacur.

Entah kapan aku akan bertemu lagi dengan Winn karena setelah perbincanganku dengan Winn tersebut, aku bertekad tidak akan lagi masuk ke tempat pelacuran. Ingin kupersembahkan kelelakianku untuk istriku tercinta nanti.

Aku hanya berharap melalui cerita ini, mudah-mudahan istriku nanti bisa memberikan seperti apa yang aku rasakan bersama WiNN. Dan nantinya aku bisa bertemu dengan WiNN dalam kondisi yang lebih baik bukan sebagai seorang Pelacur dan Pelanggannya. Tetapi sebagai seorang sahabat.

Aku Tergoda Keperkasaan Kakak Iparku

Tak sedikitpun yang terbersik untuk menyakiti Kak Dian (samaran) kakak kandungku sendiri. Aku hanya tak kuasa melawan godaan seks dari Mas Ferry (samaran), suaminya, sehingga kami terlibat hubungan seksual yang begitu jauh. Kakak Ipar ku itu telah merenggut kegadisanku. Dan aku menjadi terbuai dan tergoda oleh Ipar ku yang perkasa itu.

Cerita seks ku ini dimulai ketika aku tinggal di rumah kak Dian setelah pembantunya memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah itu. Sejak saat itu, kak Dian kelihatan kewalahan mengurusi rumahnya, manalagi harus mengurusi suami dan kedua orang anaknya yang masih kecil. Karena itu, aku menawarkan diri untuk tinggal bersamanya. Hitung - hitung aku bisa meringankan bebannya.

Tawaranku disambut baik kak Dian, di malah sangat bersyukur aku mau tinggal bersamanya, mengurus anak-anak, dan membereskan rumah.

Aku sendiri sudah setahun lebih menganggur. Setelah lulus sarjana tahun 2003 yang lalu, aku hanya menghabiskan waktuku di rumah. Aku memang tidak pernah berusaha mencari kerja, karena aku pikir aku anak perempuan dan akhirnya akan mengurusi rumah tangga dan suami kelak. Di rumah kak Dian aku juga bisa menghibur diri. Semua fasilitas lengkap. Kala kak Dian dan suaminya berangkat kerja, aku pun bisa memanfaatkan semua yang ada di rumah. Mulai dari makanan yang serba tersedia, nonton film sampai main playstation.

Aku hanya mengurus dua anak kak Dian, itu pun tidak perlu terlalu repot, karena mereka sudah cukup besar untuk diperingatkan. Praktis pekerjaan yang berat, hanya menyiapkan makan minum untuk kak Dian dan suaminya. Setelah itu aku bisa bebas kembali. Itu sebabnya aku betah tinggal di rumah.

Setiap habis gajian, suami kak Dian Ferry selalu memberiku uang jajan yang lumayan banyak untuk membeli kosmetik dan pakaian. Malah, mereka ingin agar tinggal di rumah itu saja selamanya. Meskipun katanya aku sudah menikah nanti, aku masih bisa tetap tinggal di rumah itu. Rumah kak Dian memang cukup luas untuk menampung dua keluarga. Jumlah kamar saja ada lima biuah, ditambah ruang tamu dan ruang keluarga yang sangat lapang.

Bulan ketujuh aku tinggal di rumah itu, suami kak Dian sakit. Ia mengalami patah tulang setelah mengalami kecelakaan di perbatasan kota. Ferry harus istirahat selama dua bulan. Karena kak Dian sibuk kerja, aku yang harus menggantikannya mengurusi mas Ferry. Mulai dari kebutuhan makan, minum sampai ini dan itu semua aku lakukan. Maklumlah kak Dian wanita karier yang sangat sibuk. Ia baru bisa pulang pada malam hari.

Dari sinilah bencana berawal. Diam-diam, mas Ferry sering memperhatikanku. Aku sangat sadari itu, tapi aku berusaha untuk menyembunyikannya. Lama - lama mas Ferry tambah berani ia mulai memegangi tanganku dan mencoba merayuku untuk berhubungan seks, aku hanya diam dan berusaha menghindar dari bujuk rayunya, karena itu kuanggap hanya sebatas gurauan belaka.

Suatu siang ketika aku tidur lelap di dalam kamar, tiba-tiba ada beban berat yang menindih tubuhku. Aku sempat terperanjat kaget dan berusaha berontak, namun kekuatan itu kian dahsyat menindihku. Tak kuasa aku melawan semuanya, dan akhirnya, mas Ferry....

Sejak itulah petualangan kisah seks kami bermula. Tak ada rasa lagi rasa berontak dalam diriku malah, aku jadi lupa kalau Ferry adalah kakak iparku. Kami melakoni petualangan porno itu tanpa batas. Aku dan Ferry betul - betul merengkuh kenikmatan seksual, tanpa pernah tercium oleh kak Dian. Sampai detik ini pun kami masih menjalaninya. Kapan mengakhirinya, aku juga tak tahu. (BKM)

SUDAH 5 BULAN SUAMIKU TAK PULANG

Siapa sih yang tidak kesal bila memiliki suami yang tak bertanggung jawab dan tidak dewasa. Itulah yang aku alami sekarang. Bahar (nama samaran), suamiku, sudah lima bulan tidak pulang ke rumah. Itu pun tidak memberikan nafkah lahir maupun bathin. Beruntung, aku memiliki warung kecil-kecilan di halaman rumah sehingga bisa menghidupi kedua anakku yang masih kecil.

Oh ya pembaca. Awal Cerita ini adalah sewaktu aku menikah dengan Bahar sekitar tujuh tahun lalu dan dikaruniai dua anak. Yang sulung berusia lima tahun, sedang yang bungsu dua setengah tahun. Suamiku bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai sales di kota ini.

Dulu, dia termasuk lelaki yang penuh perhatian dan sangat dewasa. Setiap pulang dari kantor, sering membawakan makanan seperti terang bulan atau martabak. Terkadang juga ayam goreng "sari laut".

Namun dalam setahun belakangan, sikapnya berubah. Tak pernah lagi membawakan makanan. Kalau ditanya, langsung marah tanpa alasan yang jelas. Dia juga sering tak pulang sampai beberapa hari. Alasannya, urusan kantor atau harus mengantar barang ke ka luar daerah.

Belakangan, dalam lima bulan terakhir, dia betul-betul tidak pulang. Pernah dia pulang sekali, itu pun hanya beberapa jam di rumah langsung pergi lagi. Saat aku tanya kemana saja selama ini dan mengapa tak pernah memberikan nafkah, dia malah marah besar. Dia sempat membanting piring, lalu pergi begitu saja. Aku sedih, bahkan sempat menangis, disaksikan kedua anakku yang masih kecil.

Tiga bulan lalu, aku mendengar kabar kalau suamiku telah menikah lagi di sebuah kampung di wilayah selatan provinsi ini. Aku tidak tahu, wanita macam apa yang terpikat dengan suamiku. Padahal, dari rupanya saja, tidak begitu meyakinkan. Dulu, aku suka padanya memang bukan karena tampangnya, tetapi dia begitu baik kepadaku.

Hingga kini,aku belum mengetahui secara pasti apakah benar suamiku itu telah mempunyai isteri baru. Beberapa kali aku mendatangi kantornya, tapi selalu saja suamiku tak ada. Kata temannya, suamiku kini sering ke luar daerah mengantar barang. Apakah ini hanya akal - akalan suamiku dengan teman-temannya ? Aku tidak tahu.

Dua minggu lalu, keluargaku menanyakan soal suamiku. Tapi, aku tidak bisa menjawabnya. Aku hanya bilang, suamiku lagi pergi ke luar daerah urusan kantornya. Aku belum mau membeberkan prilaku suamiku kepada orang lain, termasuk keluarga.

Nantilah, setelah aku tahu semuanya, barulah aku akan bongkar prilaku suamiku kepada keluarga. Bahkan,bisa saja aku langsung menggugat cerai. Tapi saat ini, aku masih mencari tahu, apakah memang benar suamiku itu telah menikah lagi atau belum dan mengapa dia tidak pernah pulang ke rumah ?

HARTA DAN KEHIDUPAN MALAM MEMBUAT HIDUPKU HANCUR

Mendambakan Kebebasan

Kisah Nyata : Majalah Konseling - Harta kedua orang tua ku yang begitu melimpah ternyata tidak memberi berkah buatku. Semuanya ku habiskan begitu saja dijalan yang tidak benar. Kini, hanya menangis yang bisa aku lakukan ketika segala yang dulu kupunyai itu telah habis.

Namaku Meli (samaran). Aku sudah mengenal kehidupan malam ketika aku masih bersekolah di SMU di salah satu sekolah swasta di Makassar. Teman-teman pergaulanku adalah anak-anak borju, dari mulai anak pengusaha hingga anak pejabat. Kami semua begitu mendewakan kebebasan dan kesenangan, kehidupan kami begitu bebas nyaris tanpa batas.

Aku anak ketiga dari empat bersaudara. Aku satu-satunya anak perempuan dalam keluargaku. Tak heran kalau ayah dan ibu begitu memanjakanku dengan harta. Hampir semua permintaanku dipenuhi, bahkan tak ada larangan bagiku untuk menikmati kehidupan yang serba bebas.

Enjoy di lantai disko, menikmati narkoba dan huru-haranya kehidupan kota yang glamor adalah gambaran dari kisah hidupku selama ini.

Naik kelas dua SMU, aku makin sulit terkendali. Ayah yang sibuk dengan usahanya dan ibu yang lebih memperhatikan arisan dan pertemuan tak jelasnya dengan istri-istri pengusaha, membuat segalanya berjalan tanpa hijab. Sebenarnya, sebagai remaja aku juga mulai menyadari betapa yang kujalani ini adalah sesuatu yang tak berguna sama sekali. Namun, aku tidak bisa lepas karena tak ada figur dalam keluargaku yang bisa kujadikan teladan untuk menyadarkanku. Akhirnya, tiga tahun di SMU, tiga tahun pula aku tak pernah tersirami oleh petuah-petuah agama.


Seks Bebas dan Drugs

Aku kemudian kuliah di salah satu universitas swasta di kota ini. Setiap langkahku hanya selalu teriring oleh hiruk pikuk kehidupan malam. Narkoba sudah menjadi konsumsi sehari-hariku. Bahkan di usia yang mulai beranjak dewasa, aku tak mampu mempertahankan keperawananku. Zul (samaran), teman dekatku merenggut semuanya. Itupun belum juga aku sadari betapa segalanya telah hancur. Aku tetap enjoy dan malah hubungan seperti itu bukan lagi sesuatu yang tabu bagiku.

Bukan hanya Zul yang mengisi malamku. Lelaki yang kuanggap layak menemaniku tidur, juga bisa menikmati tubuhku. Tak masalah bagiku, tak perlu takut hamil, karena setiap kali berhubungan, kami memang selalu siap dengan segala macam penangkal kehamilan.

Awal Kisah Kehancuran Hidupku

Di tahun 2003 yang lalu ayah melakukan ekspansi untuk melebarkan sayap bisnisnya. Inilah awal kiamat yang diderita keluargaku. Rekan bisnis ayah yang warga keturunan, membawa lari modal usaha yang telah ditanamkan ayah, jumlahnya mencapai Rp. 2 miliar. Ayah langsung ampal menerima kenyataan itu. Sebulan terbaring di rumah sakit, ia dipanggil menghadap Tuhan.

Ekonomi keluarga kami mulai goyah. Utang melilit di mana-mana, sampai-sampai rumah, mobil, dan beberapa unit usaha ayah yang dibangun berpuluh-puluh tahun, disita bank. Ibu, setelah depresi berat ditinggal ayah, kini harus berhadapan dengan kenyataan pahit. Karena guncangan batin yang begitu kuat, beliau harus diisolasi di rumah sakit jiwa. Tiga bersaudara kemudian diambil oleh paman dan nenekku di Surabaya. Sementara aku tinggal bersama bibi di kota ini.

Setelah jatuh dan tak punya apa-apa, perlahan aku mulai ditinggalkan teman-temanku. Mereka tak mau lagi aku menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena dianggap sudah tak punya apa-apa lagi. Dulu saat harta begitu mudah kuhamburkan, mereka berlomba mendekatiku, bahkan memperlakukanku bak ratu.

Rupanya, mereka hanyalah teman dalam suka, namun ketika duka menderaku, mereka menjauh dan enggan melirik. Kini, penyesalan yang kurasakan. Aku baru sadar telah melakukan kesalahan besar. Kuliahku berantakan, masa depanku telah terkoyak oleh banyak lelaki dan aku bukan lagi siapa-siapa.

Sampai saat ini, aku masih tinggal di kotaku, Makassar berharap ada lowongan pekerjaan yang terbuka untukku. Pembaca, kisah ini kuCeritakan agar tak ada yang mengalami nasib sepertiku. Sebelum bencana datang, mungkin ada baiknya sesalilah diri, agar tak terlanjur merana sepertiku. (BKM - Ingin Kirim Cerita?,

ISTRI MENINGGAL KARENA KELAKUANKU

Derita batin yang dialami istriku, dibawanya hingga akhir hayat. Sungguh tak ada yang paling kusesali kecuali rasa berdosa akan semua kelakuanku.

Pembaca, sebut saja aku Gali (samaran). Aku menikah dengan Dea (samaran) tahun 2002 lalu, dan kini telah dikaruniai seorang anak.

Dea tak mampu mengubah gaya hidupku yang saban hari hanya menghabiskan waktu di meja judi. Saat ijab kabul aku pernah berjanji tak akan lagi kembali ke dunia itu. Namun, waktu kemudian meluluhkan semuanya, aku tergiur lagi untuk menghabiskan lagi untuk menghabiskan uangku dengan judi.
Dea berusaha keras merubahku, tapi apa yang kuberikan hanyalah derita batin. Seringkali tanpa pernah kusadari, semua kebaikannya kubalas dengan pukulan. Dea tetap bersabar sampai anank pertama kami lahir.

Cemoohan dan tekanan dari keluarga yang diterimanya, membuat Dea menderita lahir batin. Rupanya, itu dipendam seorang diri, sehingga menjadi penyakit yang berkepanjangan. Sementara, aku hanya membiarkan itu terjadi padanya. Seolah tak terbersik sedikitpun kesadaran dalam hatiku untuk membahagikannya.

Setahun kemudian, Dea tergolek sakit di rumah sakit. Beberapa kali ia memintaku untuk membawanya ke rumah sakit, namun, semua tak kupedulikan. Aku lebih sibuk menghabiskan semua penghasilanku di meja judi bersama teman-temanku, ketimbang membiayai pengobatan Dea.

Hanya berselang beberapa bulan kondisi Dea makin memburuk. Dokter sudah tak mampu lagi mengatasinya. Semua terlambat, penyakit kanker yang diawali dengan tekanan mental selama ini, membuat nyawa Dea tak terselamatkan lagi.

Diakhir-akhir hidupnya barulah aku sadar, ternyata, Dea sudah membuktikan betapa selama ini ia terlalu berusaha berbakti padaku, sampai kemudian Tuhan benar - benar memanggilnya kembali. Aku sempat sadar ketika masa - masa kritis dilaluinya. Aku berjanji akan menghabiskan sisa hidupku untuk Dea. Tapi, rencana Tuhan lain, Dea dipanggilnya di saat aku mulai menyadari segalanya. Terlambat sudah, tinggal kini penyesalan yang ada.

Pembaca, entahlah apakah Tuhan masih membuka pintu ampunan bagiku. Yang jelas saat ini, aku berusaha untuk menggunakan waktuku untuk menjaga dan membesarkan anakku seorang diri. Aku sudah bersumpah tak akan ada wanita yang menggantikan posisi Dea di hatiku. Mudah-mudahan kisahku ini bisa menjadi pelajaran bagi semua. (BKM)

YULI TINGGALKAN AKU & ANAK DEMI HARTA

Aku menikah dengan Yuli memang modal nekat semata. Karena cinta tak lagi kami bendung. Akhirnya, satu-satunya jalan untuk tetap menyatu adalah kawin lari.

Meski waktu itu kuliahku belum rampung, aku tetap nekat menikahi Yuli. Entahlah, mungkin karena aku begitu takut kehilangan dia, sehingga nekat meminta restu dari ibuku untuk menikah di usia yang masih terbilang muda. Masih terbilang muda. Oh ya, waktu itu usiaku masih 23 tahun, sedang Yuli baru duduk di bangku kelas 3 SMU. Sampai kami dikaruniai dua anak dan mulai hidup mapan, kedua orang Yuli dari keluarga bangsawan yang kaya raya, belum juga mau mengakui sebagai menantu.

Padahal, aku sudah lakukan berbagai cara, berharap membukan mata hati mereka tentang siapa kami yang sekarang. Kemapananku sepertinya tak membuat mereka goyah untuk menerimaku.

Aku dan Yuli sudah memohon ampun. Tapi justru tak menghargai mereka.
Hanya syukurnya, belakangan ini mereka sudah mau menerima Yuli kembali. Yuli sudah bebas pergi ke rumah orang tuanya, bahkan sebagian harta warisan keluarga sudah dijatahkan sebagian untuknya. Sementara aku dan dua anakku, sama sekali tidak mendapat pengakuan. Orang tua Yuli masih tetap menganggap kami sebagai menantu dan cucu haram.

Sungguh menyakitkan, hanya untuk mendapatkan pengakuan dari seorang mertua aku telah menjual harga diriku dan mengorbankan perasaanku, tapi balasannya sungguh menyakitkan. Aku kasihan pada anakku, mereka tak bisa mengenal nenek mereka, padahal keduanya berhak untuk itu.

Beberapa kali kucoba membujuk Yuli agar mau membawa anak-anak ke rumah neneknya, namun Yuli tampaknya ogah-ogahan. Malah kalau aku sedikit memaksa, malah dianggap lain, pasti terjadi pertengkaran diantara kami, yang membuatku kesal, akhir-akhir ini Yuli sudah keseringan menginap di rumah orang tuanya tanpa izin dariku.

Sampai kemudian orang tua Yuli memberi ultimatum kepada Yuli untuk memilih kembali ke rumah dengan syarat meninggalkan aku, atau tetap memilih aku dan anak-anak tapi tak mendapat warisan.

Yuli benar-benar silau dengan harta. Mungkin karena dasarnya ia memang dari keluarga berada, atau karena aku yang tak pernah bisa memanjakannya dengan materi, ia langsung memutuskan untuk kembali ke orang tuanya.

Tega sekali pikirku, aku yang sekian tahun hidup dengannya dengan segala suka duka, serta dua anak yang ia lahirkan dari rahimnya, tega ia campakkan begitu saja, hanya karena kemilau harta. "Sungguh buta mata hatimu Yul", begitu kata terakhir yang kulontarkan kepadanya.

Kini, meski anak merengek minta ketemu ibunya, aku tak pernah sudi mempertemukan mereka, karena segala yang berhubungan dengan Yuli, tak akan lagi kubuka. Sebagai laki-laki, itu kupegang. Yuli telah mengambil keputusan yang dianggap baik untuk dirinya, dan sebagai lelaki aku tak mau mengubah keputusanku itu. Biarlah itu dijalaninya sendiri, aku tetap pada pendirianku.

CINTA DAN DOSA

Kisah ini adalah salah satu kisah kelam dalam hidupku, kutuliskan agar mendapat hikmah bagi para pembaca

Aku menjalin hubungan dengan seorang wanita yg sudah berkeluarga, aku sendiripun tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Pada awalnya aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak saja.

Mungkin benar kata pepatah jawa "tresno jalaran soko kulino", mungkin karena terlalu sering berjumpa dan ngobrol membuat kami berdua jatuh cinta. Walaupun bincang-bincang kami pada awalnya hanya melalui ponsel saja tetapi rasanya rindu dan selalu ingin menelponnya setiap hari.

Barangkali si mbak ku ini juga merasa kesepian karena suaminya sering keluar kota. Jadi Mbak merasa leluasa ngobrol sebebasnya denganku sampai larut malam.

Hubungan via ponsel dengan Mbak berlangsung lama hingga suatu hari kami sepakat untuk bertemu dan jalan-jalan berdua. Sikapnya yang aneh dan perhatiannya yang begitu besar kepadaku membuatku hanyut dan menikmati saat-saat itu.

Hari itu, dia mengatakan sangat bahagia dan saat kudaratkan ciuman ke keningnya dia tidak menolak dan bahkan dia memejamkan dua metanya tanda kalau dia menyukaiku.

Sejak pertemuan pertama itu, kami semakin sering bertemu dan hubungan kami tidak lagi sekedar jalan-jalan saja tetapi sudah layaknya suami istri. Kami melakukan hubungan itu tanpa rasa canggung lagi.

Hingga suatu hari, apa yang selama ini aku takutkan akhirnya terjadi. Saat suatu malam saat aku sedang asik sms an dengan Mbak, tiba-tiba dering telpon masuk dari nomor Mbak. Tanpa pikir panjang aku langsung mengangkatnya tetapi suaru yang ku dengar bukan suara Mbak tapi suara laki-laki yang tak lain adalah suaminya.

Bukan kepalang kagetnya aku dan belum hilang kagetku aku masih harus masih menjawab serentetan pertanyaan darinya dan dari belakang telepon kudengar suara Mbak meminta maaf, suara tangisanya terdengar..

Dengan berbagai alasan aku mengelak semua tuduhannya tapi dia tak pernah percaya telpon pun terputus.

Sejak malam itu aku tak bisa berhubungan lagi dengannya, karena dia enggak masuk kerja dan telepon juga tidak pernah aktif. Hingga suatu hari, aku dapat telepon darinya dengan memohon maaf dan ucapan perpisahan darinya sungguh tak sanggup aku menerimanya..

Hidupku serasa pincang dengan hilangya dia dari hidupku, enggak ada semangat yang terpancar dari diriku sedikitpun, tapi aku mulai menerima semua demi kebahagianya bersama keluarga yang telah dipilihnya,....semoga bahagia.. maafkan smua kesalahanku

KUTEBUS SEGALANYA DENGAN PERCERAIAN

Sebut saja aku Diana (samaran). Sebenarnya aku tak cinta sama sekali pada Joko, meskipun ia sudah mengejarku dengan berbagai cara. Aku hanya menumpahkan cintaku pada Doni (samaran). Aku dan Doni pacaran 2 tahun. Hubungan kami sudah begitu jauh, sampai yang tak seharusnya kami lakukan pun, hampir menjadi lakon hidup kami setiap saat. Apa hendak dikata, cinta yang membuatku menyerahkan segalanya. Hingga akhirnya aku hamil.

Betapa panik aku saat itu. Bukan karena tak siap menjadi ibu atau istri dari lelaki yang kucintai itu, tapi justru aku panik karena Doni malah tak mau bertanggung jawab atas anak yang kukandung. Aku malah dituduhnya telah berhubungan intim dengan lelaki lain. Anak ini dianggapnya bukan darah dagingnya. Sungguh sikap yang tak pernah kuduga sebelumnya.

Mengapa aku rela menyerahkan mahkotaku pada Doni ? Karena aku yakin ia akan menjadi suami dan ayah dari anak-anakku kelak. Tapi kenyataan berkata lain. Aku dicampakkan setelah semua madu ia hisap dari tubuhkku. Sejak saati itu aku tak pernah lagi melihat Doni. Kabar terakhir dari adiknya, katanya ia berada di Kalimantan ikut pamannya di sana. Orang tua dan adik-adikku yang ikutan panik tak lagi punya cara lain untuk menyelamatkan aib keluarga kami.

Hingga akhirnya, Joko yang dulunya setengah mati mengejarku kini mulai mendekatiku. Ia tak tahu sama sekali kalau aku sekarang ini tengah mengandung janin Doni. Ketika kuberi kesempatan untuk mendekatiku, Joko langsung serius untuk melamarku. Bagiku ini sebuah kesempatan untuk menyelamatkan keluargaku dari aib. Akhirnya lamaran Joko kuterima, dan kamipun menikah.

Aku merasa begitu bersalah ketika harus menikah dengan Joko (samaran) karena ia bukanlah lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas anak yang tengah kukandung. Akhirnya, kuputuskan pergi darinya.
Meskipun bulan kelima kandunganku, Joko belum juga sadar kalau anak ini adalah darah daging Doni. Ia begitu memanjakanku, sampai-sampai aku bagai ratu dihadapannya. Kebaikan Joko ternyata meluluhkan semua kekhilafanku selama ini. Aku baru menyesal telah membuatnya kecewa dulu. Bahkan aku berfikir kalau dialah manusia yang berhati emas.

Kini dua pilihan meradang di jiwaku. Antara ingin mempertahankan rumah tangga kami atau melepaskan Joko karena rasa bersalahku. Sebulan anakku lahir, aku tak tahan seterusnya hidup dalam kebohongan dan kepura-puraan. Joko sudah begitu baik kepadaku. Akupun harus menelan semua kapahitan karena aku mengambil keputusan untuk menjauhi suamiku. Semua kulakukan demi menebus kesalahanku kepadanya.

Joko kini sadar kalau anak ini adalah darah daging Doni. Dengan air mata, aku pergi meninggalkan suamiku.

Joko sebenarnya sudah pasrah dengan kenyataan ini. Ia malah memilih bersatu kembali denganku meski anak dalam kandunganku bukan benihnya. Tapi aku sudah putuskan akan menjalani hidup dalam kesenderian. Semua demi menebus kesalahanku sendiri. (BKM)

SUAMI PUNYA WIL, AKU PUNYA SELINGKUH

Entah apa yang salah dari perkawinan kami. Setelah kutahu kalau suamiku punya WIL (wanita idaman lain), akupun nekat membalasnya dengan memelihara seorang lelaki untuk dijadikan teman selingkuh.

Kehancuran rumah tanggaku mulai terkuak ketika aku mendapati suamiku Ardi (samaran) berselingkuh dengan seorang wanita muda yang masih berstatus mahasiswa. Mereka ternyata telah menikah, diam-diam, Pikiranku kacau, aku tak mampu mengendalikan diri. Perasaan cinta dan kesetiaan yang kujaga selama ini telah dihancurkan Ardi. Meski aku mencoba bertahan dengan kondisi rumah tangga yang sudah awut-awutan, namun imanku sudah terkoyak. Jadinya apa? Hanya dendam yang membelenggu di benakku. Aku mulai mencari bagaimana mengobati sakit hatiku selama ini. Kalau harus cerai dengan Ardi, aku harus berpikir dulu karena tidak punya apa-apa lagi di kota ini. Kedua orang tuaku sekarang ada di Jawa, sementara aku sama sekali tidak punya pekerjaan untuk menopang hidup seorang diri.

Makanya, aku mencoba mempertahankan rumah tangga kami. Suamiku yang seorang pengusaha, menjanjikan akan memenuhi semua kebutuhan asal aku tidak lagi meributkan pernikahannya dengan wanita itu. Untuk langkah pertama, aku menerima keputusan itu. Aku pikir, itu jauh lebih baik ketimbang mengambil tindakan yang bisa merugikan rencanaku.

Tepat sekali, ketika Ardi pergi berbulan madu dengan isteri mudanya ke Jakarta, aku memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari hiburan di luar rumah. Kebetulan saja, Ardi memberi uang belanja untuk sebulan, yang jumlahnya lumayan banyak untuk kuhamburkan.

Mulailah aku berkenalan dengan dunia malam. Beberapa diskotik, bar dan tempat hiburan kelas atas kujelajahi. Sampai suatu hari aku berkenalan dengan seorang pemuda di suatu tempat hiburan di hotel berbintang. Ketampanannya cukup membuatku tergiur, apalagi selama ini, hampir tak pernah lagi Ardi menyentuhku. Sebagai wanita normal, tentu saja aku sangat mengharapkan belaian hangat seorang lelaki. Perkenalanku dengan pemuda yang bernama Haris (samaran), seolah membuka kesempatan bagiku untuk balas dendam. Apalagi kulihat, Haris cukup pandai menaklukan wanita, termasuk aku. Hanya dalam tempo seminggu setelah perkenalan kami malam itu, aku dan Haris sudah melanjutkan hubungan di atas ranjang. Tak terpikirkan lagi olehku, bagaimana dosa yang harus kutanggung atas perselingkuhan ini. Yang penting aku bisa menikmati kehangatan Haris dan membalas sakit hatiku pada Ardi.

Berbulan-bulan hubungan gelap itu kujalani dengan Haris. Hingga kinipun, aku dan Haris masih terus berhubungan. Kalau suami lagi nginap di rumah istri mudanya, maka Harislah yang menggantikannya untuk menghangatkan malamku. Atau kalau tidak, kami bisa melakukannya di hotel. begitulah seterusnya hubungan terlarang ini berlanjut. Entah kapan semua ini akan kuakhiri. Yang pasti, aku menikmatinya. Sayang, kini bukan lagi karena dendam, namun rasa - rasanya aku mulai benar - benar jatuh cintah pada Haris. (BKM)
 
© 2009 Dibalik Kisah. All Rights Reserved | Powered by Blogger
Funky Dashboard Designed by Blogger Dashboard